Senin, 25 Mei 2015

MAKLAH PUISI

BAB  I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang Masalah
Jenis puisi di Indonesia sebagai kreasi manusia selalu berkembang dari masa ke masa. Perkembangan puisi merupakan refleksi pemikiran penyair dalam menyikapi zaman, sekaligus menyikapi perpuisian itu sendiri. Akan tetapi, walaupun puisi berubah menjadi seribu macam bentuk, ada yang tetap melakat dalam puisi sebagai hakekatnya, yaitu menyampaikan sesuatu secara langsung. Hal itu merupakan pemikiran Riffaterre (lewat Sarjono, 2001:124) bahwa “a poem says one thing and means another”.
Di Indonesia, puisi telah mulai ditulis oleh Hamzah Fansuri dalam bentuk syair Melau dan ditulis dengan huruf Arab di akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17 (Ismail, 2001:5).
Ahli-ahli sastra banyak yang membedakan dan membagi perpuisian Indonesia menjadi puisi lama dan puisi baru. Namun, apa yang disebut puisi lama itu masih tetap diapresiasi dan diproduksi sampai saat ini. Disamping itu, puisi baru juga tidak bisa melepaskan puisi lama karena ia bisa jadi ilham yang penuh keindahan untuk digarap.

1.2.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Ingin mengetahui definisi/ pengertian puisi.
2.      Untuk mengetahui unsur-unsur puisi.
3.      Untuk mengetahui jenis-jenis puisi.
4.      Untuk mengetahui yang membedakan puisi dengan prosa


1.3.    Fokus Penelitian
Adapun fokus penelitiannya adalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan puisi?
2.      Apa saja unsur-unsur puisi?
3.      Apa saja jenis-jenis puisi?
4.      Apa yang membedakan puisi dengan prosa?
1.4.    Sistematika Penulisan
Makalah ini kami disusun dalam tiga bab, yang tiap-tiap babnya terdiri dari:
BAB I       Pendahuluan
                 - Latar Belakang Masalah
                 - Tujuan Penulisan
                 - Fokus Penelitian
                 - Sistematika Penulisan
BAB II      Menganalisi Jenis Karya Satra Puisi Indonesia
                 - Pengertian Puisi
                 - Unsur-unsur Puisi
                 - Jenis-jenis Puisi
                 - Yang Membedakan Puisi dengan Prosa
BAB III     Penutup
                 - Simpulan
                 - Saran
Daftar Pustaka


 


BAB II
PEMBAHASAN

2.1.    Pengertian Puisi
Secara etimologis, kata puisi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata Poesis yang artinya penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan poet dan poem. Mengenai kata poet, Coluter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunan yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepad dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglohatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.
Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:7) menyimpulkan bahwa pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang puisi itu berupa emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindra, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur.
Menurut Kamus istilah Sastra (Sudjimanm 1984), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
Watt-Dunton (Situmorang, 1980:9), Mengatakan bahwa puisi adalah ekspresi yang konkret dan bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama.
Carlyle mengemukakan bahwa puisi adalah pemikiran yang bersifat musikal, kata-katanya disusun sedemikian rupa, sehingga menonjolkan rangkaian bunyi yang merdu seperti musik.
Samuel Taylor Coleridge mengemukakan bahwa puisi adalah kata-kata yang teridah dalam susunan terindah.
Ralph Waido Emerson (Situmorang, 1980:8), menyatakan bahwa puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin.
Putu Arya Tirtawirja (1980:9), menyatakan bahwa puisi merupakan ungkapan secara implisit dan samar, dengan makna yang samar dimana kata-katanya condong pada kata konotatif.
Herman J. Waluyo mendefinisikan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran secara imajinasi dan disusun dengan mengkosentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengosentrasian struktur fisik dan struktur batinya.
Ada juga yang mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengekspresikan secara padat pemikiran dan perasaan penyairnya, digubah dalam wujud dan bahasa yang paling berkesan.
2.2.    Unsur-Unsur Puisi
Secara sederhana batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata, larik, bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah puisi. Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut:
a.       Kata, adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat sangat menentukan kesatuan dan kutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih diformulasi menjadi sebuah larik.
b.       Larik (baris), mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buah, tapi pada puisi baru tak ada batasan.
c.       Bait, merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada kesatuan makna.
d.       Bunyi, dibentuk oleh irama dan rima. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau katra-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perualangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian keras-lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata. Dari sini dapat dipahami bahwa irama tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama inilah yang menciptakan efek musiklasasi pada puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar meskipun tanpa dilagukan.
e.       Makna, adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis puisi disampaikan.
Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi dibedakan menjadi:
a.       Struktur batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal sebagai berikut:
1)     Tema/ makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
2)     Rasa (feeling), yaitu sikap penyari terhadap pokok permasalahan yanga terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rata erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya lata belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Ke dalam pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
3)     Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong menganggap bodoh dan rendah pembaca.
4)     Amanat/tujuan/maksud (intention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyari menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.
b.       Struktur fisik puisi, atau terkadang pula disebut metode puisi, adalah sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut:
1)     Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan berisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titilk. Hal-hal tersebut danga menentukan pemaknaan terhadap puisi.
2)     Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan opleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, makna kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Geoffrey (dalam Waluyo, 1987:68-69) menjelaska bahwa bahasa puisi mengalami 9 (sembilan) aspek penyimpanan yaitu; penyimpanan leksikal, penyimpanan semantis, penyimpanan fonologis, penyimpanan sintaksis, penggunaan dialek, penggunaan register (ragam bahasa tertentu oleh kelompok/ profesi tertentu), penyimpanan historis (penggunaan kata-kata kuno), dan penyimpangan grafologis (penggunaan kapital hingga titik).
3)     Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
4)     Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
5)     Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/ meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas.
6)     Versifikasi, yaitu menyangkut rima. Ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, di tengah, dan di akhir baris puisi. Rima mencakup (a) onomatope (tiruan terhadap bunyi) (b) bentuk intern pola bunyi (alterasi, asonasi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak, berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi) (c) pengulangan kata/ ungkapan. Ritme merupakan tinggi- rendah, panjang-pendek, keras-lembutnya bunyi.
2.3.    Jenis-jenis Puisi
Berikut jenis-jenis puisi yang dirangkum oleh Waluyo (1995:135):
a.       Puisi Naratif, Lirik, dan Deskriptif
1)     Puisi naratif mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair baik secara sederhana, sugestif, atau kompleks.
Ø  Romansa ialah puisi yang berisi luapan perasaan kasih saying terhadap kekasih, Contoh.
Waktu yang berlalu takkan meminta izin untuk pergi
Sama dengan gambar gambar dalam pikiran
Tak pernah meniatkan adanya dan hilangnya
Semua yang ada hadir, terasa dan hilang
Hadir kemudian hilang

Pikiran tak pernah memiliki kesempatan untuk merasa
Logika yang tak pernah mengerti cinta
Adalah sebab mengapa kemudian cinta yang hilang

Sesuatu yang terasa sulit bahkan mustahil untuk hilang
Karena hati kumpulan buih rasa yg biru
Merasai cinta takkan pernah habis hingga matimu
Takkan ada batas untuk cinta yang sejati.
Ø  Epik ialah sajak berisi ajaran hidup, semangat perjuangan, contoh.
Ki Hajar Dewantara
Kau telusuri kehidupan bangsa Indonesia
Kau cari celah kekalahan Indonesia
Yang telah membuat Indonesia sengsara
Yaitu kebodohan

Waktu yang terus berputar. . 
Kau berantas kebodohan dengan berbekal
Sekarung ilmu, seperti keikhlasan
Keikhlasan yang selalu ada dihatimu

Semangat mengkobar didirimu
Kau ajari anak didikmu
Agar terbebas dari kebodohan
Terhindar dari kesengsaraan

Kau tak pernah meminta imbalan
Kau tak pernah mengeluh
Meskipun tulang dan badanmu mulai rapuh.
Dan tak pernah kau hiraukan



Hanya satu dan satu tujuanmu
Yaitu membuat Indonesia merdeka dan sejahtera
Kau bebaskan Indonesia
Dari tangan penjajah           

Kau jadikan Indonesia
Menjadi merdeka
Terima kasih Ki Hajar Dewantara
Kau pahlawan kami
Pahlawan pendidikan
Merdeka . . . .Merdeka . . . .
Teriak bangsa Indonesia . . . .

Ø   Syair mempunyai dua pengertian. Pertama, berarti dalah satu bentu puisi lama; kedua, berarti sajak (puisi) karna penyair artinya mengubah sajak.
Ciri –ciri syair :
1.   Setiap bait terdiri dari 4 baris
2.   Setiap baris terdiri dari 8 -12 suku kata
3.   Bersajak a – a – a – a
4.   Isi semua tidak ada sampiran Contoh :         
Hatiki rindu bukan kepalang (a)
Dendam birahi berulang –ulang (a)
Air mata bercucuran selang –menyelang (a)
Mengenangkan adik kekasih abang (a)



2)     Puisi lirik, merupakan sarana penyair untuk mengungkapkan aku lirik atau gagasan pribadi (Waluyo, 1995:136).
Ø  Elegi Elegi ialah sajak bersedih-sedih, suara sukma yang meratap-ratap, batin yang merintih. Contoh :
Dosa dan Khilaf
oleh Dhea Permata Resky

Dalam rintihan hati
Aku selalu menyebut namaMU
Renungi dosa yang tak terampuni
Khilaf-khilaf kian perih

Sembahyang ku bersujud padaMU
Merangkai doa yang kian banyak
Menepis rasa sesal dihati

Oh TUHAN...
Hanya kepadaMU aku memohon
Ampunilah dosa dan khilafku

Ø  Ode ialah sajak yang berisi pujian dan sanjungan terhadap orang yang besar jasanya dalam masyarakat, seorang yang dianggap pahlawan bangsa karna darma baktinyakepada nusa dan bangsa. Contoh :
Guruku

Guruku…
Engkau pahlawanku
Pahlawan tanpa tanda jasa
Engkau menemaniku
Saatku di sekolah

Saatku belum mengenalmu
Engkau mengajariku
Mulai dari Taman Kanak- kanak
Hingga ku sampai kuliah

Guruku…
Takkan kulupakan semua jasamu
Yang telah bersusah payah mengajariku
Hingga aku bisa
Terima kasih guruku
Thank you guruku

3)     Puisi deskriptif, penyair memberi kesan terhadap suatu peristiwa atau fenomena yang dipandang menarik perhatian penyari (Waluyo, 1995:137). Contoh:
Ø  Satire ialah sajak yang berisi kritik atau sindiran yang pedas atas kepincangan–kepincangan yang terjadi dalam masyarakat. Contoh :
DI BALIK SEBUAH GEDUNG
Nessie Illona Amorita

Senjang,
kesenjangan.
Beda,
perbedaan.

Mengapa? mengapa? mengapa?

Negri ini tanah surga namun bagai neraka.
Negri ini kaya namun miskin.
Negri ini agamis namun anarkis.

Mereka bukan anak gedongan.
Mereka hanya anak gubukan.

Tapi apa? apa?

Janji yang telah diumbar.
Sama dengan kebohongan yang dilempar.

Kemana hak mereka?
kemana hak anak-anak itu?

Negri ini terlihat megah.
Namun, dibalik itu ada yang resah.

Ini fakta dan ini nyata.
Ini yang kulihat dan ini yang kurasa.

Ø  Impresionistik ialah puisi yang mengungkapkan kesan (impresi) penyair terhadap suatu hal. Contoh :
IBUKOTA SENJA

Penghidupan sehari-hari, kehidupan sehari-hari
Antara kuli-kuli berdaki dan perempuan telanjang mandi
Di singai kesayangan, kota kekasih
Udara menekan berat di atas jalan panjang berkelokan

Gedung-gedung dan kepala mengabur  dalam senja
Mengurai dan layung-layung membara di langit barat daya, kata kekasih
Tekankan aku pada pusat hatimu
Di  tengah-tengah kesibukan dan penderitaanmu

Aku seperti mimpi, bulan putih di lautan awan belia
Sumber-sumber yang murni terpendam
Senantiasa diselimuti bumi keabuan
Dan tangan serta kata menahan napas lepas bebas
Menunggu waktu mengangkut maut

Aku tidak tahu apa-apa, di luar yang sederhana
Nyanyian-nyanyian kesenduan yang bercanda kesedihan
Menunggu waktu keteduhan terlanggar di pintu dini hari
Serta di keabadian mimpi-mimpi manusia

Klakson dan lonceng bunyi bergiliran
Dalam penghidupan sehari-hari, kehidupan sehari-hari
Antara kuli-kuli yang kembali
Dan perempuan mendaki tepi sungai kesayangan

Serta anak-anak berenang tertawa tak berdosa
Di bawah bayangan samar istana kejang
Layung-layung senja melambang hilang
Dalam hutan malam terjular tergesa

Sumber-sumber murni menetap terpendam
Senantiasa diselaputi bumi keabuan
Serta senjata dan tangan menahan napas lepas bebas
O, kota kekasih setelah senja
Kota kediamanku, kota kerinduanku


b.       Puisi Kamar dan Puisi Auditorium
Ø  Pusi kamar adalah puisi yang cocok dibaca sendirian atau dengan satu atau dua pendengar saja. Contoh  
Aku Ingin     

Aku ngin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ngin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan 
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

Ø  Puisi auditorium adalah puisi yang cocok dibacakan di auditorium, mimbar yang jumlah pendengarnya bisa dikatakan banyak.
RAKYAT NUSAKU

Mendung perlahan elus
Langit cerahku
Pepohonan menggeleng terpukul
Sang bayu asa mendamba
Dan disini aku terpesona
Saksikan nusaku berkunang-kunang
Sangsi sesak sengap

7,5 juta pengangguran
Kusut kusam tiada lontongan
Jutaan penduduk miskin
Warnai pesona negeri ku
Sekian lainnya
Pasrah mati dalam lumbung

Gedung mewah angkuh meludah
Gubuk-gubuk nan resah
Berharap asa meski secercah
Dibawah uluran slogan kampanye

Rakyat telah bosan
Memakan petai hampa
Kerut merut susut
Di atas air…
Berpacu arungi kehidupan
Sabar antre di pentas kehidupan

Segala sesuatu terus berjalan
Detak-detik terus bernafsu
Melumat habis setiap dedaunan
Hingga sang dahan pun meranggas
Rakyat hanya mampu
Berdoa…
Berharap…
Semoga esok lebih baik

Detak-detik pun meloncat
Tak perduli nusaku apa
Tak peduli nusaku bagaimana
Entah apa maunya?
Lencana apa dikejarnya?
Dan engkau ingin bertanya?

Aku tak ingin bertanya
Meski malu bertanya sesat dijalan
Aku tak sudi ketularan
Walau Ku akui
Terlalu  sangat…


c.       Puisi Fisikal, Platonik, dan Metafisikal
Ø  Puisi fisikal berisi pelukisan kenyataan yang sebenarnya, apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh penyair. Contoh :
Kelapa Sawit

Seluruh mata memandang
Ribuan Sawit terpampang
Motorku melaju kencang
Puluhan Ribu Sawit menghadang

Tak kunjung usai
Kuberhenti di dekat balai balai
Kusebut saja pondok aduhai

Meski angin sumilir menerpa
Tapi panas tetap menyengat
Rasa lelah dan dahaga mendera
Kutenggak botol aqua

Kurebahkan tubuh ini
Atap daun nipah kupandangi
Kuucap don't worry

Setelah pulih kembali
Kulanjut perjalanan ini
Menerabas ribuan sawit tiada tepi

13 April 2010
Kec. Kaubun Kab. Kutai Timur
Sudarmanto,ST,MSI
Diposkan oleh Sudarmanto Suwaldi di 05.29 

Ø  Puisi platonik adalah puisi yang sepenuhnya berisi hal-hal kejiwaan atau spiritual. Contoh :
IBU

Puisi Richard Fernando Putra Bela

Ibu kau mengandung 9 bulan
sampai engkau melahirkanku dengan susah paya
engkau merawatku sampai aku tumbuh besar
engkau juga merawatku tampa pamri
dan engkau juga merawatku dengan penuh kasih sayang

Ibu kau mengajariku berjalan sampai aku bisa berjalan
engkau juga mengajariku berbicara sampai aku bisa
Ibu kau bagaikan malaikatku
dikala aku sedih engkau selalu ada untuk menghiburku

Ibu.. aku juga merasa engkaulah pahlawanku
setiap aku kesusahan engkau selalu ada untuk membantuku
Ibu... bekerja keras
untuk menafkahiku
ibu... terima kasih atas pengorbananmu
yang engkau berikan kepada ku
Ibu...
Ø  Puisi metafisikal adalah puisi yang bersifat filosofis dan mengajak pembaca merenungkan kehidupan atau ketuhanan. Contoh :
Syair Si Burung Pingai ~ Hamzah Fansuri

Hamzah sesat di dalam hutan
pergi uzlat berbulan-bulan
akan kiblatnya picek dan jawadan
inilah lambat mendapat Tuhan
Unggas pingai bukannya balam

berbunyi siang dan malam
katanya akal ahl al-alam
Hamzah Fansuri sudahlah kalam
Tuhan hamba yang punya alam

timbulkan Hamzah yang kalam
ishkinya jangankan padam
supaya warit di laut dalam

~ Hamzah Fansuri
(Petikan Syair Si Burung Pingai)

d.       Puisi Subjektif dan Objektif
Ø  Puisi subjektif adalah puisi yang mengungkapkan gagasan, perasaan, pemikiran, dan suasana dalam diri penyair sendiri. Contoh : Bangunlah Insan
Akar kegagalan pasti akan datang menerpa
yang berjuntai membelit tubuh yang alpa
yang menjalar mencakar hati yang lemah
terus membunuh insan yang khayal.

Ø  Puisi objektif adalah puisi yang mengungkapkan hal-hal di luar diri penyair itu sendiri. Contoh : Teratah Sentosa
Teratak sentosa
berhias daun terbaik kemesraan
berwana pelangi perpaduan
bertiang jati kukuh toleransi.


e.         Puisi Kongkret
Adalah puisi yang bersifat visual, yang dapat dihayati keindahannya dari sudut penglihatan. Contoh :
Drama Sebabak

             a  C  a  r  a  C  a
                                    o             e
                 w             w
                 o              e
                   C   o  w  o   K   a  n  d   K  e  w  e  k
                        o                                       e
                         w                               w
                                e                       o
                                   e                o
                                        e        o
                                             K
                                             a
                                             u
·         w  e  e  e  e  e  e  k  k





f.           Puisi Diafan, Gelap, dan Prismatis
Ø  Puisi diafan adalah yang kurang sekali menggunakan pengimajian, kata kongkret, dan bahasa dalam puisi mirip dengan bahsa sehari-hari. Contoh:
Ku memohon kepadamu..
untuk sekali saja, kau bagi kupingmu..
Mengapa tak jua kau dengar rintihanku
Mengapa tak jua kau dengar isakanku
Ku memohon padamu..
Dengarkan aku, aku mau melakukan apa saja
Agar kita bisa berlayar berdua di samudera manapun..
Diposkan oleh Iyka El-Yusuf di 00.48 1 komentar: 
Label: septima
Kau memalingkan muka..
Tak kau gubris diriku..
Sudah Ku katakan,
Aku lebih gila daripada 'Majnun'
Masih saja tak kau dekap diriku

Ø  Puisi gelap adalah puisi yang terbentuk dari dominasi majas atau kiasan sehingga menjadi gelap dan sukar ditafsirkan. Contoh :
Pada jam ke-24
kota seperti kiamat:
Sydney telah terkunci
dalam gelas pagi.
Ada bulan mengukur luas
laut dan musik panas
Ada beton membentang bentuk
dan bayang hanya merunduk
(Sydney: Goenawan Mohammad, 1979)
Ø  Puisi prismatis adalah puisi yang menggambarkan kemampuan penyair majas, diksi, dan sarana puitik yang lain, sehingga puisi bisa dikatakan sudah menjadi. Contoh :
SAJAK PUTIH

Beribu saat dalam kenangan
Surut perlahan
Kita dengarkan bumi menrima tanpa mengaduh
Sewaktu etik pun jauh
Kita dengar bumi yang tua dalam setia
Kasih tanpa suara

Sewaktu bayang-bayang kita memanjang
Mengaburkan batas ruang
Kita pun bisu tersekat dalam pesona
Sewaktu ia pun memanggil-manggil

Sewaktu kata membuat kita begitu terpencil
Di luar cuaca

g.       Puisi Parnasian dan Puisi Inspitratif
Ø  Puisi parnasian diciptakan dengan pertimbangan ilmu atau pengetahuan dan bukan didasari oleh inspirasi karena adanya modal dalam jiwa penyair. Contoh :
Aku Tulis Pamplet Ini

Aku tulis pamplet ini
karena lembaga pendapat umum
ditutupi jaring labah-labah.


Orang-orang bicara dalam kasak-kusuk
dan ungkapan diri ditekan
menjadi peng-iya-an.
Apa yang terpegang hari ini

bisa luput esok pagi.
Ketidakpastian merajalela.
Di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-teki,
menjadi marabahaya,
menjadi isi kebon binatang.

Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi,
maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam.
Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan.
Tidak mengandung perdebatan.
Dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan.

Aku tulis pamplet ini
karena pamplet bukan tabu bagi penyair.
Aku inginkan merpati pos.
Aku ingin memainkan bendara-bendara semaphore di tanganku.
Aku ingin membuat isyarat asap kaum Indian.

Aku tidak melihat alasan
kenapa harus diam tertekan dan termangu.
Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar.
Duduk berdebat menyatakan setuju dan tidak setuju.

Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran?
Kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan.
Ketegangan telah mengganti pergaulan pikiran yang merdeka.

Matahari menyinari airmata yang berderai menjadi api.
Rembulan memberi mimpi pada dendam.
Gelombang angin menyingkapkan keluh kesah



            yang teronggok bagai sampah.
            Kegamangan. Kecurigaan.
            Ketakutan.
            Kelesuan.

Aku tulis pamplet ini
karena kawan dan lawan adalah saudara.
Di dalam alam masih ada cahaya.
Matahari yang tenggelam diganti rembulan.

Lalu besok pagi pasti terbit kembali.
Dan di dalam air lumpur kehidupan,
aku melihat bagai terkaca:
ternyata kita, toh, manusia!

Ø  Puisi inspiratif diciptakan berdasarkan modal dan passion menyair.
Senja Di Pelabuhan Kecil 

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap




h.      Stansa
Adalah jenis puisi yang masih mengikat bentuknya dalam kaidah baris, yaitu terdiri dari delapan baris. Contoh :
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Sertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus, akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teduh tenang

i.            Puisi Demonstrasi
Puisi ini merupakan pelukisan dan hasil refleksi demonstrasi para mahasiswa dan pelajar.
Demonstrasi setengah hati
M. Husseyn Umar

setiap kali mereka berbaris membawa poster-poster itu

mereka sebenarnya tidak tahu
mengapa mereka berada di bumi yang kelu itu
tidak mengerti opa, oma, tante-tante dan oom-oom maunya apa

dari wajah-wajahnya tersirat
mimpi kehidupan di tanah tumpah darah
"kitong sudah terlalu cape untuk bermimpi
kapan kitong bisa kembali ke negeri manisee
bisa kumpul sanak saudara
makan sagu dan petita
tidak lagi cuma makan keju dan mentega -"

setiap kali mereka muncul
berbondong-bondong di tanah yang kelu itu,
mimpi dari tahun ke tahun
yang semakin lama kehilangan gaung -

j.            Alegori
Dalam KBBI, alegori adalah cerita yang dipakai sebagai lambang (kiasan) perikehidupan manusia yang sebenarnya untuk mendidik atau menerangkan sesuatu (gagasan, cita-cita atau nilai kehidupan, seperti kebijakan, kesetiaan, dan kejujuran). Contoh :
Ken Arok

saat tertikam keris anusapati
berkata ia, revolusi takkan mati
akan tumbuh bagai duit di jalan tol
ken arok-ken arok baru yang bahkan 
lebih dahsyat mengukir dalam-dalam namanya di peradaban
ia akan bunuh setiap tunggul ametung
dan akan seret setiap ken dedes ke ranjang
meraup negeri dan isinya habis-habis
lalu mulai bermimpi tentang
kerajaan miliknya
ia kagumi diri sendiri betapa kuatnya tangan-tangannya
yang telah mencekik kediri
menjual kelahirannya dan meninggikan singasari
dan anak-anak haram yang akan mendepani pasukan 
menyeru perang dan lapar wewenang
akan mengawini kegelapan, dan
dalam kuasanya ia tertikam.


2.4.    Yang Membedakan Puisi dari Prosa
Slametmulya (1956:112) mengatakan bahwa ada perbedaan pokok antara puisi dan puisi. Pertama, kesatuan prosa yang pokok adalah kesatuan sintaksis, sedanglan kesatuan puisi adalah kesatuan akustis. Kedua, puisi terdiri dari kesatuan-kesatuan sajak, sedangkan dalam prosa kesatuannya disebut paragraf. Ketiga, di dalam baris sajak ada periodisitas dari mulai sampai akhir.
Pendapat lain mengatakan bahwa perbedaan prosa dan puisi bukan pada bahannya, melainkan pada perbedaan aktivitas kejiwaan. Puisi merupakan hasil aktivitas pemadatan, yaitu proses penciptaan dengan cara menangkap kesan-kesan lalu memadatkannya (kondensasi). Prosa merupakan aktivitas konstruktif, yaitu proses penciptaan dengan cara menyebarkan kesan-kesan dari ingatan (Djoko Pradopo, 1987).
Perbedaan lain terdapat pada sifat. Pusi merupakan aktivitas yang bersifat pencurahan jiwa yang padat, bersifat sigestif dan asosiatif. Sedangkan prosa merupakan aktivitas yang bersifat naratif, menguraikan, dan informatif (Pradopo, 1987).
Perbedaan lain adalah puisi menyatakan sesuatu secara tidak langsung, sedangkan prosa secara langsung.





BAB III
PENUTUP

3.1.    Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa puisi meruapakan karya sastra yang mengungkapkan perasaan, pikiran baik imajinasi, maupun kongkrit yang bahasanya singkat, lugas, mempunyai keindahan, dan memiliki makna yang sangat luas. Puisi memiliki beberapa unsur diantaranya; kata, bait, larik, bunyi dan makna. Selain itu juga mempunyai unsur lain yaitu unsur batin puisi dan unsur fisik puisi.
Puisi terbagi menjadi beberapa jenis diantaranya; Puisi Naratif, Lirik, dan Deskriptif, Puisi Kamar dan Puisi Auditorium, Puisi Fisikal, Platonik, dan Metafisikal, Puisi Subjektif dan Objektif, Puisi Kongkret, Puisi Diafan, Gelap, dan Prismatis, Puisi Parnasian dan Puisi Inspitratif, Stansa, Puisi Demonstrasi, dan Alegori.









3.2.    Saran
Saran yang ingin disampaikan penulis dalam penyusunan makalah ini adalah:
1.      Pelajarilah karya sastra dengan baik agar kita memperoleh pengetahuan tentang karya sastra  terutama puisi.
2.      Dalam menulis karya sastra adalah suatu hal yang sangat menyenangkan dan bisa menjadi motivasi untuk menjadi seorang sastrawan. Oleh sebab itu, marilah kita belajar berkarya sastra.
3.      Tingkatkanlah prestasi belajar untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan.












DAFTAR PUSTAKA

·                    Adabiyyat. 2013. Jurnal bahasa dan sastra. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
·                    Lembaga penelitian. 1997. Dasar-dasar metedologi penelitian. Malang: IKIP Malang.
·                    Manshur, Munawar Fadli. 2011. Perkembangan Sastra dan Teori Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
·                    Tarigan, Guntur Henry. 1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.
·                    Wiyatmi. 2009. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Book publisher.
·                    http://en.wikipedia.org/wiki/Elia_Abu_Madi
·                    http://copasdotco.blogspot.com/



KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat petunjuk dan bimbingan-Nya, penulis berhasil menyelesaikan makalah dengan judul “Menganalisis Unsur Puisi” yang berisi pemahaman materi bagi siswa sebagai saran belajar agar siswa lebih aktif dan kreatif.
            Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak sekali mengalami banyak kesulitan karena kurangnya ilmu pengetahuan. namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan meskipun banyak kekurangan. Maka selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
  1. Bapak Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Al Hidayah.
  2. Bapak Retno, S.Pd, selaku guru mata pelajaran bahasa Indonesia yang berkenan membimbing dalam penyusunan makalah ini.
  3. Kedua orang tua yang memberikan dorongan dan bantuan baik secara moral maupun spiritual.
  4. Teman-teman yang membantu menyelesaikan makalah ini.
penulis menyadari sebagai seorang pelajar yang pengetahuannya belum seberapa dan masih perlu banyak belajar dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagai bahan pembelajaran di masa yang akan datang. Amiin..

Arjasa,    Mei 2014
Penulis,




DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR .......................................................................................................................................... .... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................................... .. ii

BAB     I           PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................................... .. 1
1.2 Tujuan Penulisan ..................................................................................................... .. 1
1.3 Fokus Penelitian ........................................................................................................ .. 2
1.4 Sistematika Penulisan ............................................................................................ .. 2

BAB     II          PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Puisi ........................................................................................................ .. 3 
2.2 Unsur-unsur Puisi ................................................................................................... .. 4 
2.3 Jenis-jenis Puisi ......................................................................................................... .. 6 
2.4 Yang Membedakan Puisi dengan Prosa ...................................................... .. 8 

BAB     III        PENUTUP
3.1 Simpulan ....................................................................................................................... .. 9 
3.1 Saran ............................................................................................................................... 10 

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................................... 11


Tidak ada komentar:

Posting Komentar