I. Tujuan
- Untuk
mengetahu cara proses pengolahan gabah padi menjadi beras
- Untuk
mempelajari proses penggilingan padi dan mutu fisik beras
II. Dasar Teori
A. Latar belakang
Masalah
utama dalam penanganan pasca panen padi yang sering dialami oleh petani adalah
tingginya kehilangan hasil selama pasca panen. Kegiatan pasca panen meliputi
proses pemanenan padi, penyimpanan padi, pengeringan gabah, dan penggilingan
gabah hingga menjadi beras. BPS (1996) menyebutkan kehilangan hasil panen dan
pasca panen akibat dari ketidaksempurnaan penanganan pasca panen mencapai
20,51%, dimana kehilangan saat pemanenan 9,52%, perontokan 4,78 %, pengeringan
2,13% dan penggilingan 2,19%. Besarnya kehilangan pasca panen terjadi
kemungkinan dikarenakan sebagian besar petani masih menggunakan cara-cara
tradisional atau meskipun sudah menggunakan peralatan mekanis tetapi proses
penanganan pasca panennya masih belum baik dan benar.
Pemerintah
perlu lebih mengkampanyekan penanganan pasca panen yang baik, sampai usaha ini
mendapat respon yang baik dari petani. Jika tingkat kehilangan panen bisa
ditekan sampai minimal 0,5 sampai 1 persen untuk setiap kegiatan pasca panen
dan secara bertahap dapat dikurangi sampai 3 sampai 5 persen berarti total
produksi padi yang bisa diselamatkan mencapai 1,59 sampai 2,65 juta ton. Suatu
jumlah yang sangat besar untuk mendukung mengamankan target produksi beras nasional
setiap tahunnya (Purwanto, 2005).
Penggilingan
padi mempunyai peranan yang sangat vital dalam mengkonversi padi menjadi beras
yang siap diolah untuk dikonsumsi maupun untuk disimpan sebagai cadangan. Dalam
kaitan dengan proses penggilingan padi, karakteristik fisik padi sangat perlu
diketahui karena proses penggilingan padi sebenarnya mengolah bentuk fisik dari
butiran padi menjadi beras putih. Butiran padi yang memiliki bagian-bagian yang
tidak dapat dimakan atau tidak enak dimakan, sehingga perlu dipisahkan. Selama
proses penggilingan, bagian-bagian tersebut dilepaskan sampai akhirnya
didapatkan beras yang enak dimakan yang disebut dengan beras sosoh (beras
putih).
B. Tinjauan
Pustaka
Beras
merupakan sumber utama kalori bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Pangsa
beras pada konsumsi kalori total adalah 54.3% atau dengan kata lain setengah
dari intake kalori masyarakat Indonesia bersumber
dari beras (Harianto, 2001). Mutu beras giling dikatakan baik jika hasil proses
penggilingan diperoleh beras kepala yang banyak dengan beras patah minimal.
Mutu giling ini juga ditentukan dengan banyaknya beras putih atau rendemen yang
dihasilkan. Mutu giling ini sangat erat kaitannya dengan nilai ekonomis dari
beras. Salah satu kendala dalam produksi beras adalah banyaknya beras pecah
sewaktu digiling.
Hal ini dapat menyebabkan mutu beras menurun
(Allidawati dan Kustianto, 1989). Saat ini telah
dibuat RSNI mengenai mutu beras giling yang dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Mutu beras: RSNI 01-6128-200x
No.
|
Komponen Mutu
|
Satuan
|
Mutu
|
||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
|||
1
|
Derajat sosoh (min)
|
%
|
100
|
100
|
95
|
95
|
95
|
2
|
Kadar air (max)
|
%
|
14
|
14
|
14
|
14
|
14
|
3
|
Butir kepala (min)
|
%
|
95
|
89
|
78
|
73
|
60
|
4
|
Butir patah total (max)
|
%
|
5
|
10
|
20
|
25
|
35
|
5
|
Butir menir (max)
|
%
|
0
|
1
|
2
|
2
|
5
|
6
|
Butir merah (max)
|
%
|
0
|
1
|
2
|
3
|
3
|
7
|
Butirkuning/rusak (max)
|
%
|
0
|
1
|
2
|
3
|
5
|
8
|
Butir mengapur (max)
|
%
|
0
|
1
|
2
|
3
|
5
|
9
|
Benda asing (max)
|
%
|
0
|
0.02
|
0.02
|
0.05
|
0.20
|
10
|
Butir gabah (max)
|
Butir/100g
|
0
|
1
|
1
|
2
|
3
|
Penggilingan
beras berfungsi untuk menghilangkan sekam dari bijinya dan lapisan aleuron,
sebagian mapun seluruhnya agar menhasilkan beras yang putih serta beras pecah
sekecil mungkin. Setelah gabah dikupas kulitnya dengan menggunakan alat pecah
kulit, kemudian gabah tersebut dimasukkan ke dalam alat penyosoh untuk membuang
lapisan aleuron yang menempel pada beras. Selama penyosohan terjadi, penekanan
terhadap butir beras sehingga terjadi butir patah. Menir merupakan kelanjutan
dari butir patah menjadi bentuk yang lebih kecil daripada butir patah
(Damardjati, 1988). Susut mutu dari suatu hasil giling dapat diidentifikasikan
dalam nilai derajat sosoh serta ukuran dan sifat butir padi yang dihasilkan.
III. Metodologi
1. Alat
dan Bahan
ü Alat
-
Alat bantu pengeringan gabah padi
-
Timbangan
-
Mesin pengerak (Mitzsubihi )
-
Huler
-
Mesin pengayakan A
-
Polis A
-
Polis B
-
Mesin pengayakan B
-
Blower Dedak
-
Mesin penjahit
ü Bahan
-
Gabah padi
-
Goni/Karung
ü
Gambar Alat

2. Prosedur Kerja
-
Lakukan penjemuran pada gabah padi
agar kandungan air yang terkandung pada gabah padi berkurang hingga 60%,
penjemuran dilakukan selama 10 jam pada suhu yang panas.
- Masukkan gabah padi pada tempat mesin
pengiling (huler), gabah padi akan dibawa ke mesin pengiling dengan alat
pengangkut berbentuk kincir anggin yang bergerak keatas.
- Mesin pengiling (huler) akan melakukan
proses pemisahan gabah padi menjadi beras yang dilanjutkan kemesin pengayakan
A.
- Gabah padi yang telah dipisahkan akan
melalui mesin pengayak yang mengalir keluar pada pengayakan kanan, dan beras
yang telah didapatkan dari hasil pengilingan akan pengalir keluar pada
pengayakan kiri.
- Beras yang dihasilkan dari proses
pemisahan gabah padi akan melalui proses pengilingan Polis A, agar bekatul yang
melekat dari beras akan dikupas keluar dan menuju saluran pipa dedak menuju
gudang penampungan bekatul.
- Selanjutnya beras akan melalui proses
pemutihan (polis B) agar mutuh nilai jual beras bernilai tinggi.
-
Selanjutnya beras akan menuju proses
pengayakan B agar beras yang utuh dapat dipisahkan dengan beras yang patah
(menir) akibat proses pengilingan yang
kurang sempurna.
- Dan beras mengalir keluar ketempat peking
dan melakukan pertimbangan dan dilanjutkan dengan proses penjahitan dan
pemberikan lebel barang, bobot berat peking berkisar 10 kg , 15 kg dan 30 Kg.
IV. Hasil
Pengamatan
1.
Menghitung Rendemen Pada Proses Pengolaha Produksi
Beras
No
|
Gabah
Padi (KG)
|
Gabah
Padi kosong (Kg)
|
Berat
Beras Bosoh
(Beras
Putih)
|
Beras
Patah
|
Menir
|
1
|
2894 Kg
|
578,8
|
1881,1
|
289,4
|
144,7
|
2
|
3441 Kg
|
688,2
|
2236,65
|
344,1
|
172,05
|
3
|
5820 Kg
|
1164
|
3783
|
582
|
291
|
Tol
|
12155
|
2431
|
7900,75
|
1215,5
|
607,75
|
Total Jumlah
|
V. Analisis Data
1. Rendemen
ü Gabah Padi
Kosong Rumus
= 20% X Gabah Padi
-
Gabah Padi Kosong = 20% X
2894 Kg = 578,8 Kg
-
Gabah Padi Kosong = 20% X
3441 Kg = 688,2 Kg
-
Gabah Padi Kosong = 20% X
5820 Kg = 1164 Kg
ü Berat Beras
Bosoh Rumus = 60% X Gabah Padi
-
Berat Beras Bosoh = 65% X
2894 Kg = 1881,1 Kg
-
Berat Beras Bosoh = 65% X
3441 Kg = 2236,65 Kg
-
Berat Beras Bosoh = 65% X
2894 Kg = 3783 Kg
ü Beras Patah Rumus = 10% X Gabah Padi
-
Beras Patah =
10% X 2894 Kg = 289,4 Kg
-
Beras Patah =
10% X 3441 Kg = 344,1 Kg
-
Beras Patah =
10% X 5820 Kg = 580 Kg
ü Menir Rumus = 5% X
Gabah Padi
-
Menir =
5% X 2894 Kg = 144,7 Kg
-
Menir =
5% X 3441 Kg = 172,05 Kg
-
Menir =
5% X 5820 Kg = 291 Kg
VI. Pembahasan
ü Rendemen
Rendemen adalah presentase produk yang didapatkan
dari menbandingkan
berat awal bahan dengan berat akhirnya. Sehingga dapat di ketahui kehilangan
beratnya proses pengolahan. Rendeman didapatkan dengan cara (menghitung)
menimbang berat akhir bahan yang dihasilkan dari proses dibandingkan dengan
berat bahan awal sebelum mengalami proses.
VII. Kesimpulan
ü Rendemen
dari proses pengolah gabah padi hingga menjadi beras
Hasil
perhitungan yang didapat kan dari uji rendemen dari komoditi mangga dengan
menggunakan rumus
, hasil yang
didapat yaitu :

-
Uji rendemen dari proses pengolahan gabah padi hingga menjadi
beras pada tingkat penyusutan persen 20%, hingga data yang diperoleh pada gabah
padi kosong yaitu : 578,8 Kg, 688,2 Kg, 1164 Kg dengan total hasil penyusutan
2431 Kg.
-
Uji rendemen pada berat beras bosoh (beras putih) pada tingkat
persen 65%, hingga data yang diperoleh pada rendemen berat beras bosoh yaitu :
1881,1 Kg, 2236,65 Kg, 3783 Kg dengan total hasil yang diperoleh 7900,75 Kg.
-
Uji rendemen pada beras patah pada tingkat persen 10% hingga
diperoleh data rendemen pada beras patah yaitu : 289,7 Kg, 344,1 Kg, 582 Kg total
mencapai 1215,5 Kg.
-
Dan data yang diperoleh dari data rendemen hasil menir pada
tingkat persen 5% yaitu : 144,7 Kg, 172,05 Kg, 291 Kg dengan total rendemen
yang diperoleh 607,75.
Daftar
Pustaka
Allidawati dan B.Kustianto. 1989. Metode uji mutu beras dalam program
pemuliaan padi. Dalam:
Ismunadji M., M. Syam dan
Yuswadi. Padi Buku 2. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Pusat Penelitian dan
Pengembangan
Tanaman Pangan. Bogor. Hal: 363-375.
Damardjati, D.S. 1988. Struktur kandungan gizi beras. Dalam:
Ismunadji, M., S.Partohardjono,
M.Syam, A.Widjono. Padi-Buku
1. Balai Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan. Bogor. Hal: 103- 159.
Harianto. 2001. Pendapatan, harga, dan konsumsi beras. Dalam:
Suryana, A. Dan S.Mardianto. Bunga
rampai ekonomi beras. Penerbit
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas
Ekonomi Universitas
Indonesia
(LPEM-FEUI).
Nugraha, U.S., S.J.Munarso, Suismono dan A. Setyono. 1998. Tinjauan tentang
rendemen beras
giling dan susut pascapanen: 1. Masalah
sekitar rendemen beras giling, susut dan pemecahannya.
Makalah. Balai Penelitian Tanaman
Padi. Sukamandi. 15 Hal.
Purwanto, Y.A. 2005. Kehilangan pasca panen padi kita masih tinggi. Inovasi
Online Vol.
4/XVII/Agustus
2005.
Waries, A. 2006. Teknologi Penggilingan Padi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.