Kamis, 10 Juli 2014

LAPORAN PRATIKUM PROSES PENGOLAHAN GABAH PADI MENJADI BERAS


I.       Tujuan
          -        Untuk mengetahu cara proses pengolahan gabah padi menjadi beras
          -        Untuk mempelajari proses penggilingan padi dan mutu fisik beras
II.      Dasar Teori
A.      Latar belakang
Masalah utama dalam penanganan pasca panen padi yang sering dialami oleh petani adalah tingginya kehilangan hasil selama pasca panen. Kegiatan pasca panen meliputi proses pemanenan padi, penyimpanan padi, pengeringan gabah, dan penggilingan gabah hingga menjadi beras. BPS (1996) menyebutkan kehilangan hasil panen dan pasca panen akibat dari ketidaksempurnaan penanganan pasca panen mencapai 20,51%, dimana kehilangan saat pemanenan 9,52%, perontokan 4,78 %, pengeringan 2,13% dan penggilingan 2,19%. Besarnya kehilangan pasca panen terjadi kemungkinan dikarenakan sebagian besar petani masih menggunakan cara-cara tradisional atau meskipun sudah menggunakan peralatan mekanis tetapi proses penanganan pasca panennya masih belum baik dan benar.

Pemerintah perlu lebih mengkampanyekan penanganan pasca panen yang baik, sampai usaha ini mendapat respon yang baik dari petani. Jika tingkat kehilangan panen bisa ditekan sampai minimal 0,5 sampai 1 persen untuk setiap kegiatan pasca panen dan secara bertahap dapat dikurangi sampai 3 sampai 5 persen berarti total produksi padi yang bisa diselamatkan mencapai 1,59 sampai 2,65 juta ton. Suatu jumlah yang sangat besar untuk mendukung mengamankan target produksi beras nasional setiap tahunnya (Purwanto, 2005).

Penggilingan padi mempunyai peranan yang sangat vital dalam mengkonversi padi menjadi beras yang siap diolah untuk dikonsumsi maupun untuk disimpan sebagai cadangan. Dalam kaitan dengan proses penggilingan padi, karakteristik fisik padi sangat perlu diketahui karena proses penggilingan padi sebenarnya mengolah bentuk fisik dari butiran padi menjadi beras putih. Butiran padi yang memiliki bagian-bagian yang tidak dapat dimakan atau tidak enak dimakan, sehingga perlu dipisahkan. Selama proses penggilingan, bagian-bagian tersebut dilepaskan sampai akhirnya didapatkan beras yang enak dimakan yang disebut dengan beras sosoh (beras putih).

B.      Tinjauan Pustaka
Beras merupakan sumber utama kalori bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Pangsa beras pada konsumsi kalori total adalah 54.3% atau dengan kata lain setengah dari intake kalori masyarakat Indonesia bersumber dari beras (Harianto, 2001). Mutu beras giling dikatakan baik jika hasil proses penggilingan diperoleh beras kepala yang banyak dengan beras patah minimal. Mutu giling ini juga ditentukan dengan banyaknya beras putih atau rendemen yang dihasilkan. Mutu giling ini sangat erat kaitannya dengan nilai ekonomis dari beras. Salah satu kendala dalam produksi beras adalah banyaknya beras pecah sewaktu digiling.

Hal ini dapat menyebabkan mutu beras menurun (Allidawati dan Kustianto, 1989). Saat ini telah dibuat RSNI mengenai mutu beras giling yang dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Mutu beras: RSNI 01-6128-200x
No.
Komponen Mutu
Satuan
Mutu
I
II
III
IV
V
1
Derajat sosoh (min)
%        
100
100
95
95
95
2
Kadar air (max)
%
14
14
14
14
14
3
Butir kepala (min)
%
95
89
78
73
60
4
Butir patah total (max)
%
5
10
20
25
35
5
Butir menir (max)
%
0
1
2
2
5
6
Butir merah (max)
%
0
1
2
3
3
7
Butirkuning/rusak (max)
%
0
1
2
3
5
8
Butir mengapur (max)
%
0
1
2
3
5
9
Benda asing (max)
%
0
0.02
0.02
0.05
0.20
10
Butir gabah (max)
Butir/100g
0
1
1
2
3
Penggilingan beras berfungsi untuk menghilangkan sekam dari bijinya dan lapisan aleuron, sebagian mapun seluruhnya agar menhasilkan beras yang putih serta beras pecah sekecil mungkin. Setelah gabah dikupas kulitnya dengan menggunakan alat pecah kulit, kemudian gabah tersebut dimasukkan ke dalam alat penyosoh untuk membuang lapisan aleuron yang menempel pada beras. Selama penyosohan terjadi, penekanan terhadap butir beras sehingga terjadi butir patah. Menir merupakan kelanjutan dari butir patah menjadi bentuk yang lebih kecil daripada butir patah (Damardjati, 1988). Susut mutu dari suatu hasil giling dapat diidentifikasikan dalam nilai derajat sosoh serta ukuran dan sifat butir padi yang dihasilkan.


III.     Metodologi
1.      Alat dan Bahan
ü          Alat
-            Alat bantu pengeringan gabah padi
-            Timbangan
-            Mesin pengerak (Mitzsubihi )
-            Huler
-            Mesin pengayakan A
-            Polis A
-            Polis B
-            Mesin pengayakan B
-            Blower Dedak
-            Mesin penjahit
ü  Bahan
-            Gabah padi
-            Goni/Karung
ü  Gambar Alat














2.      Prosedur Kerja
          -      Lakukan penjemuran pada gabah padi agar kandungan air yang terkandung pada gabah padi berkurang hingga 60%, penjemuran dilakukan selama 10 jam pada suhu yang panas.
          -      Masukkan gabah padi pada tempat mesin pengiling (huler), gabah padi akan dibawa ke mesin pengiling dengan alat pengangkut berbentuk kincir anggin yang bergerak keatas.
          -      Mesin pengiling (huler) akan melakukan proses pemisahan gabah padi menjadi beras yang dilanjutkan kemesin pengayakan A.
          -      Gabah padi yang telah dipisahkan akan melalui mesin pengayak yang mengalir keluar pada pengayakan kanan, dan beras yang telah didapatkan dari hasil pengilingan akan pengalir keluar pada pengayakan kiri.
          -      Beras yang dihasilkan dari proses pemisahan gabah padi akan melalui proses pengilingan Polis A, agar bekatul yang melekat dari beras akan dikupas keluar dan menuju saluran pipa dedak menuju gudang penampungan bekatul.
          -      Selanjutnya beras akan melalui proses pemutihan (polis B) agar mutuh nilai jual beras bernilai tinggi.
          -      Selanjutnya beras akan menuju proses pengayakan B agar beras yang utuh dapat dipisahkan dengan beras yang patah (menir)  akibat proses pengilingan yang kurang sempurna.
          -      Dan beras mengalir keluar ketempat peking dan melakukan pertimbangan dan dilanjutkan dengan proses penjahitan dan pemberikan lebel barang, bobot berat peking berkisar 10 kg , 15 kg dan 30 Kg.

IV.     Hasil Pengamatan
1.            Menghitung Rendemen Pada Proses Pengolaha Produksi Beras
No
Gabah Padi (KG)
Gabah Padi kosong (Kg)
Berat Beras Bosoh
(Beras Putih)
Beras Patah
Menir
1
2894 Kg
578,8
1881,1
289,4
144,7
2
3441 Kg
688,2
2236,65
344,1
172,05
3
5820 Kg
1164
3783
582
291
Tol
12155
2431
7900,75
1215,5
607,75
Total Jumlah





V.      Analisis Data
1.      Rendemen
ü  Gabah Padi Kosong         Rumus = 20% X Gabah Padi
-            Gabah Padi Kosong = 20% X 2894 Kg = 578,8 Kg
-            Gabah Padi Kosong  = 20% X 3441 Kg = 688,2 Kg
-            Gabah Padi Kosong  = 20% X 5820 Kg = 1164 Kg
ü  Berat Beras Bosoh          Rumus = 60% X Gabah Padi
-             Berat Beras Bosoh   = 65% X 2894 Kg = 1881,1 Kg
-             Berat Beras Bosoh   = 65% X 3441 Kg = 2236,65 Kg
-             Berat Beras Bosoh   = 65% X 2894 Kg = 3783 Kg
ü  Beras Patah                      Rumus = 10% X Gabah Padi
-             Beras Patah              = 10% X 2894 Kg = 289,4 Kg
-             Beras Patah              = 10% X 3441 Kg = 344,1 Kg
-             Beras Patah              = 10% X 5820 Kg = 580 Kg
ü  Menir                                Rumus = 5% X Gabah Padi
-             Menir                         = 5% X 2894 Kg   = 144,7 Kg
-             Menir                         = 5% X 3441 Kg   = 172,05 Kg
-             Menir                         = 5% X 5820 Kg   = 291 Kg

VI.     Pembahasan
ü  Rendemen
                 Rendemen adalah presentase produk yang didapatkan dari    menbandingkan berat awal bahan dengan berat akhirnya. Sehingga dapat di ketahui kehilangan beratnya proses pengolahan. Rendeman didapatkan dengan cara (menghitung) menimbang berat akhir bahan yang dihasilkan dari proses dibandingkan dengan berat bahan awal sebelum mengalami proses.

VII.   Kesimpulan
ü  Rendemen dari proses pengolah gabah padi hingga menjadi beras 
                 Hasil perhitungan yang didapat kan dari uji rendemen dari komoditi mangga dengan menggunakan rumus  , hasil yang didapat yaitu :


-            Uji rendemen dari proses pengolahan gabah padi hingga menjadi beras pada tingkat penyusutan persen 20%, hingga data yang diperoleh pada gabah padi kosong yaitu : 578,8 Kg, 688,2 Kg, 1164 Kg dengan total hasil penyusutan 2431 Kg.
-            Uji rendemen pada berat beras bosoh (beras putih) pada tingkat persen 65%, hingga data yang diperoleh pada rendemen berat beras bosoh yaitu : 1881,1 Kg, 2236,65 Kg, 3783 Kg dengan total hasil yang diperoleh 7900,75 Kg.
-            Uji rendemen pada beras patah pada tingkat persen 10% hingga diperoleh data rendemen pada beras patah yaitu : 289,7 Kg, 344,1 Kg, 582 Kg total mencapai 1215,5 Kg.
-            Dan data yang diperoleh dari data rendemen hasil menir pada tingkat persen 5% yaitu : 144,7 Kg, 172,05 Kg, 291 Kg dengan total rendemen yang diperoleh 607,75.




















Daftar Pustaka
Allidawati dan B.Kustianto. 1989. Metode uji mutu beras dalam program   pemuliaan padi. Dalam
                 Ismunadji M., M. Syam dan Yuswadi. Padi Buku    2. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan             Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Hal: 363-375.

Damardjati, D.S. 1988. Struktur kandungan gizi beras. Dalam: Ismunadji, M.,       S.Partohardjono,
                   M.Syam, A.Widjono. Padi-Buku 1. Balai Penelitian dan          Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian,        Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Hal: 103-     159.

Harianto. 2001. Pendapatan, harga, dan konsumsi beras. Dalam: Suryana, A. Dan S.Mardianto. Bunga
               rampai ekonomi beras. Penerbit Lembaga      Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi Universitas             Indonesia (LPEM-FEUI).

Nugraha, U.S., S.J.Munarso, Suismono dan A. Setyono. 1998. Tinjauan tentang     rendemen beras
giling dan susut pascapanen: 1. Masalah sekitar rendemen      beras giling, susut dan pemecahannya. Makalah. Balai Penelitian Tanaman          Padi. Sukamandi. 15 Hal.

Purwanto, Y.A. 2005. Kehilangan pasca panen padi kita masih tinggi. Inovasi        Online Vol.
                  4/XVII/Agustus 2005.

Waries, A. 2006. Teknologi Penggilingan Padi. PT Gramedia Pustaka Utama.  Jakarta.