Rabu, 04 Februari 2015

LAPORAN PRATIKUM TEKNIK PENYIMPANAN DAN PERGUDANGAN BAHAN PERTANIAN PADA SUHU RENDAH



A.        KEGIATAN PRATIKUM
Ø  TEKNIK PENANGANAN HASIL PERTANIAN PADA PENYIMPANAN  SUHU RENDAH
B.        Tujuan Pratikum
Ø   Untuk mengetahui pengaruh apa saja yang terjadi pada bahan pertanian dan peternakan pada penyimpanan suhu ruang, suhu pendingin dan suhu beku.
Ø   Untuk mengetahui proses penyimpanan pada bahan pertanian dan peternakan.
C.        Landasan Teori
Penyimpanan hasil pertanian dirasakan perlu dilakukan setelah terjadinya perubahan dari teknik bercocok tanam yang selalu berpindah ke teknik tanam yang menetap. Disamping itu pengalaman sejarah menunjukan bahwa penyimpanan  bahan makanan memberikan  keuntungan seperti terhndar darikeerusakan yang merugikan, dapat sebagai pengendali persediaan makanan sehingga terhindar dari kekurangan makanan. Masalah yang dihadapi dalam penyimpanan makanan sangat bervariasi tergantung pada tingkat teknologi yang dimiliki. Kondisi penyimpanan yang kurang baik dapat mengakibatkan penurunan mutu bahan pangan. Tindakan penyimpanan bahan makanan di maksudkan untuk memperpanjang usia bahan makanan tersebut sehingga dapat digunakan dalam waktu yang relative panjang. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memperpanjang usia bahan makanan. Selama penyimpanan bahan makanan juga mengalami  perubahan kimia dan biokimia serta fisik dan terjadinya perubahan-perubahan tergantung pada lama penyimpanan, jenis bahan makanan dan cara penyimpanan yang dilakukan. Pada suhu ruangan, biasanya mikroorganisme akan lebih cepat  berkembang sehingga buah-buahan menjadi cepat busuk. Sedangkan pada suhu yang lebih rendah, metabolisme mikroorganisme akan melemah sehingga buah pun menjadi lebih awet.  Karena itu mutlak diperlukan suatu metode penyimpanan dan pengemasan yang baik untuk memperpanjang rentang waktu proses kebusukan buah tersebut agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Penyimpanan bahan pangan adalah suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara bahan pangan kering dan basah, baik kualitas maupun kuantitas di gudang bahan makanan kering dan basah.
Menyusutnya ( losses ) kualitas dan kuantitas produk hasil pertanian terjadisejak pemanenan hingga dikonsumsi. Untuk mengurangi penyusutan yang terjadisetelah pemanenan, pada prinsipnya dapat dilakukan dengan cara memanipulasifaktor biologis atau faktor lingkungan dimana produk pertanian tersebut disimpan.(Munzir,2009). Secara umum, faktor lingkungan yang berpengaruh terhadapkedua komoditi pertanian adalah sama yaitu suhu, kelembaban udara, komposisiudara(CO, CO2, O2), polutan dan cahaya. Faktor-faktor biologis terpenting yangdapat dihambat pada bahan nabati seperti buah-buahan dan sayuran aantara lainrespirasi, produksi etilen, transpirasi, dan faktor morfologis atau anatomis.Intensitas respirasi dianggap sebagai ukuran laju jalannya metabolisme. 
Laju respirasi yang tinggi biasanya disertai oleh umur simpan yang pendek. Hal itu juga merupakan petunjuk laju kemunduran mutu dan nilainya  sebagai  bahan makanan. Sampai sekarang pendinginan merupakan satu-satunya cara ekonomis untuk penyimpanan jangka panjang bagi buah dan sayuran segar. Asas dasar  penyimpanan   dingin adalah penghambatan respirasi oleh suhu tersebut(Pantastico, l997). Perubahan yang terjadi selama penyimpanan yaitu penurunan kesegaran dan kepadatan, warna oksidasi lemak dan melunaknya jaringan- jaringan serta rasa pada bahan pangan (Winarno, l982).Penyimpanan bahan makanan pada suhu rendah tidak hanya mengurangilaju respirasi, tapi juga menghambat pertumbuhan kebanyakan mikroorganisme penyebab kebusukan. Pendinginan dan pembekuan tidak dapat menigkatkankualitas bahkan dalam kondisi optimum perlakuan ini hanya dapat mempertahankan kualitas dalam batas waktu tertentu. Pendinginan dan  pembekuan  juga  dapat  menghambat proses metabolisme mikroorganisme danreaksi-reaksi enzimmatis serta reaksi-reaksi kimia lainya pada bahan. Karena  pendinginan  dan  pembekuan  sifatnya  hanya menghambat pertumbuhan mikroorganisme, maka mikroorganisme tersebut dimungkinkan dapat aktif kembali apabila bahan tersebut dikeluarkan dari tempat pendinginan.

1.        Penyimpanan pada suhu PENDINGIN
Pendinginan atau refrigerasi ialah penyimpanan dengan suhu rata-rata yang digunakan masih di atas titik beku bahan. Kisaran suhu yang digunakan biasanya antara – 1oC sampai -4oC. Pada suhu tersebut, pertumbuhan bakteri dan proses biokimia akan terhambat sehingga perubahan yang terjadi pada produk yang disimpan dapat diminimalisir atau diperlambat. Pendinginan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap perubahan mutu bahan pangan secara keseluruhan. Namun pendinginan hanya dapat mengawetkan bahan pangan selama beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung kepada jenis bahan pangannya.
Faktor yang mempengaruhi penyimpanan pada suhu pendingin
Ø  Jenis dan Varietas Produk
Ø  Suhu
Ø  Kelembaban Relatif
Ø  Kualitas Bahan dan Perlakuan Pendahuluan
Ø  Jenis Pengemas
·         Perubahan Tekstur
·         Penyusutan Berat
·         Perubahan Warna

2.        Penyimpanan Pada Suhu Pembekuan
Pembekuan atau freezing ialah penyimpanan di bawah titik beku bahan, jadi bahan disimpan dalam keadaan beku. Pembekuan yang baik dapat dilakukan pada suhu kira-kira –17 oC atau lebih rendah lagi. Pada suhu ini pertumbuhan bakteri sama sekali berhenti. Pembekuan yang baik biasanya dilakukan pada suhu antara – 12 oC sampai – 24 oC. Dengan pembekuan, bahan akan tahan sampai bebarapa bulan, bahkan kadang-kadang beberapa tahun. Perbedaan antara pendinginan dan pembekuan juga ada hubungannya dengan aktivitas mikroba.
Pertumbuhan bakteri di bawah suhu 100C akan semakin lambat dengan semakin rendahnya suhu. Pada saat air dalam bahan pangan membeku seluruhnya, maka tidak ada lagi pembelahan sel bakteri. Pada sebagian bahan pangan air tidak membeku sampai suhu –9,50C atau di bawahnya karena adanya gula, garam, asam dan senyawa terlarut lain yang dapat menurunkan titik beku air.
Lambatnya pertumbuhan mikroba pada suhu yang lebih rendah ini menjadi dasar dari proses pendinginan dan pembekuan dalam pengawetan pangan. Proses pendinginan dan pembekuan tidak mampu membunuh semua mikroba, sehingga pada saat dicairkan kembali (thawing), sel mikroba yang tahan terhadap suhu rendah akan mulai aktif kembali dan dapat menimbulkan masalah kebusukan pada bahan pangan yang bersangkutan.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pada penyimpan suhu pembekuan
Ø  Jenis Bahan
Ø  Perlakuan Pendahuluan
Ø  Suhu
Ø  Waktu
Ø  Metode pembekuan
·         Perubahan Tekstur
·         Perubahan Berat
·         Perubahan Warna

D.        Bahan dan Mesin Peralatan
Nama Bahan
Peralatan
Pertanian
Peternakan
Kecu
Daging Sapi Australia
Lemari Pendingin
Sayuran
Ayam Kampung
Buah-buahan
Ikan Salmon
yoghurt
Abon Sapi
freezer
Rempah-rempah
Bakso
Dll
dll


E.         Prinsip Kerja
1.        Penyimpanan pada suhu Pendingin
Panas dari bahan diserap atau diambil dan digantikan oleh udara yang memiliki tekanan yang lebih rendah dibandingkan tekanan di dalam sel, sehingga panas yang ada dalam bahan berkurang dan lama-kelamaan akan berubah menjadi dingin mengikuti suhu udara pendinginan yang digunakan.
2.        Penyimpanan Pada Suhu Pembekuan
panas pada bahan diambil dan diturunkan hingga mencapai titik dibawah titik beku bahan sehingga segala mekanisme perubahan pada bahan dapat dihambat dan masa simpan dapat diperpanjanga. Secara umum mekanisme pembekuan dibagi menjadi 3 tahap. Tahap pertama panas sensible bahan pangan diambil sehingga suhu menjadi turun sampai titik beku. Tahap kedua, pada proses pembekuan dilepaskan sejumlah energi panas sehingga bahan pangan dan air yang terkandung didalamnya membeku. Dan tahap ketiga setelah terjadi pembekuan energi panas tetap dilepaskan sehingga suhu menurun sampai suhu tertentu.
F.         HASIL DAN PEMBAHASAN
a.    Penyimpanan suhu Pendingin
1.        Hasil
Tabel 1. Pengamatan Komoditi Pertanian dan Peternakan pada penyimpanan suhu pendingin
 
NAMA BAHAN
PENAMPAKAN
SUHU ( OC )
UMUR SIMPAN
PERTANIAN
PETERNAKAN
ü Keju
ü Tahu
ü Sayuran (Brokoli, Sawi, Bunga kol, dll)
ü Lemon
ü Kurma
ü Buah – Buahan
ü Sapi Australia
ü Sapi Lokal
ü Ayam Broiler
ü Ayam Lokal (kampung)
ü Ikan Salmon
DALAM KEADAAN SEGAR
5 – 10 OC
Pertanian
Peternakan
1 Minggu
1 – 2 hari

2.        Pembahasan
Pada penyimpanan suhu pendingin sediap komoditi dari hasil pertanian dan peternakan di simpan dengan suhu yang relatif berkisar 5 sampai 10 oC, pada penyimpanan pertanian memiliki sistem penyimpan terbuka yaitu terhubung pada suhu kamar, dengan penampakan dalam keadaan segar dengan kurun waktu berkisar 5 hari atau 1 minggu, pada umur simpan lebih dari 1 minggu maka penampakan komoditi pertanian mengalami pembusukan.  Pada penyimpanan komoditi peternakan sistem penyimpanan dalam keadaan vakum atau kedap udara, dengan penampakan komoditi peternakan dalam keadaan segar dalam kurun waktu penyimpanan 1 sampai 2 hari, setelah umur simpan komoditi pertanian lebih dari 2 hari, penyimpanan komoditi tersebut disimpan dalam suhu pendingin yaitu bekisar 5 sampai 10 oC.
b.       Penyimpanan Suhu Pembekuan
1.      Hasil
Tabel 2. Pengamatan Komoditi Pertanian dan Peternakan pada penyimpanan suhu Pembekuan
NAMA BAHAN
PENAMPAKAN
SUHU ( OC )
UMUR SIMPAN
PERTANIAN
PETERNAKAN
ü Yoghurt
ü Keju
ü Bakso
ü Yakult
ü Margarin
ü Kentang goreng
ü Patato
ü Cake
ü Sapi Australia
ü Sapi Lokal
ü Ayam Broiler
ü Ayam Lokal (kampung)
ü Ikan Salmon


DALAM KEADAAN SEGAR
-5 oC sampai
-18 OC
Pertanian
Peternakan
6 Bulan
1 – 2 Tahun

2.             Pembahasan
Pada penyimpanan suhu pembekuan setiap komoditi dari hasil pertanian dan peternakan di simpan dengan suhu yang relatif berkisar -5 oC sampai -18 oC, pada penyimpanan pertanian memiliki sistem penyimpan vakum atau kedap udara, Pada suhu ini pertumbuhan bakteri sama sekali berhenti pada saat penyimpanan pada sistem pembekuan suhu harus tetap optimal dalam keadaan teratur, umur simpan komoditi ini bekisar 3 sampa 6 bulan, lebih dari 6 bulan komoditi pertanian mengalami kemunduran mutu. Dan pada penyimpanan komoditi peternakan sistem penyimpanan dalam keadaan vakum atau kedap udara,  -5 oC sampai -18 oC. umur simpan komotidi ini berkisar 1 sampai 2 tahun.

G.        KESIMPULAN
Pendinginan merupakan salah satu teknologi penyimpanan dan pengawetan bahan pertanian yang mudah rusak dengan cara mengambil panas bahan, yang kemudian digantikan oleh udara dingin. Panas yang hilang pada bahan akan menurunkan segala bentuk perubahan selama masa simpan baik secara fisik, kimia dan mikrobiologi. Namun bahwasanya pendinginan tidak mematikan mikroorganisme dan reaksi enzimatis hanya mampu menghambat proses kerusakan pada bahan yang didinginkan. Selama masa penyimpanan hal-hal yang perlu diperhatikan adalah tingkat suhu dan kelembaban yang digunakan, karena komoditi pertanian dan peternakan masih melakukan respirasi . Perbedaan kelembapan pada penyimpanan setiap jenis komoditi pertanian dan peternakan  memiliki perbedaan yang sedikit, sehingga pengendalian kelembapan umumnya tidak dilakukan secara ketat. Namun untuk temperature pendingin untuk setiap jenis komoditi tidak sama seperti pada sayuran dan daging yang dapat didinginkan pada suhu 7 oC.
Pembekuan merupakan teknologi penyimpanan bahan di bawah titik beku sehingga segala bentuk akitivitas metabolisme sel menjadi lambat. Dengan pembekuan masa simpan produk dapat dipertahankan. Perubahan yang terjadi pada pembekuan disebabkan karena hilangkan air didalam bahan menuju kristal. Pertumbuhan bakteri di bawah suhu 100C akan semakin lambat dengan semakin rendahnya suhu. Pada saat air dalam bahan pangan membeku seluruhnya, maka tidak ada lagi pembelahan sel bakteri. Pada sebagian bahan pangan air tidak membeku sampai suhu –9,50C atau di bawahnya karena adanya gula, garam, asam dan senyawa terlarut lain yang dapat menurunkan titik beku air.

















DAFTAR PUSTAKA

Buckle. K, Edward.R, Fleet.G, Wotton. M. 1987. Food Knowledge. UI.Press. Jakarta. 
Fellow. 2000. Frozen Food Technology 

Estiasih. T, Indria. P, Wenny B., Umi H. 2011. Teknologi Pengolahan Pangan. UB. Malang
Buckle, et al. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Desrosier, N.W., (1988)Teknologi Pengawetan Pangan; Penerjemah Muchji
Muljohadjo, Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta.
Larousse, Jean., Brown, Bruce. E., 1997. Food Canning Technology. Wiley-VHC, Inc.Canada.
TranggonodanSutardi, 1990.Biokima dan Teknologi Pasca Panen.Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Penerbit Gramedia.