BAB I
PENDAHULUAN
A.
Morhpologi Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill )
Pada
awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan Soja max,
kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh
manusia sejak 2500 SM. Kedelai salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi
bahan dasar makanan dari Asia
Timur seperti kecap, tahu, dan tempe, berdasarkan
peninggalan arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500 tahun yang
lalu di Asia Timur. Kedelai putih diperkenalkan
ke Nusantara oleh pendatang dari Cina sejak maraknya perdagangan
dengan Tiongkok, sementara kedelai hitam sudah dikenal lama orang penduduk
setempat. Kedelai merupakan terna dikotil semusim dengan
percabangan sedikit, sistem perakaran akar tunggang,dan batang berkambium,
berbatang dengan tinggi 30-100 cm, menjadi tumbuhan setengah merambat dalam
keadaan pencahayaan rendah. Buah kedelai berbentuk polong, dimana setiap
tanaman mampu menghasilkan 100 - 250 polong.
B. RUMUSAN MASALAH
Ø Morphologi dan Pembudidayaan
Ø
Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Pasca Panen
C. TUJUAN
Ø Untuk
Mengetahui Marphologi dan pembudidayaanya
Ø Untuk Mengetahui Cara Penanganan Pasca Panen Dan Pengolahan Pasca Panen
Ø Dan Untuk Mengatahui Hasil Dari Olahan Turunan Tanaman
Kedelai
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Penanganan Pasca Panen Kedelai
Penanganan pasca panen kedelai meliputi serangkaian
kegiatan yaitu penentuan saat panen, teknik pemanenan, pengeringan brangkasan,
perontokan/pembijian, pembersihan biji, pengeringan biji, pengemasan dan
penyimpanan. Panen kedelai dilakukan
apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama
atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning
kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah mulai kelihatan tua, batang
berwarna kuning agak coklat dan gundul. Perlu diperhatikan perbedaan usia
pemetikan kedelai untuk bahan konsumsi dan untuk benih. Sebagai bahan konsumsi,
kedelai dapat dipetik pada usia 75 hari, dan untuk benih pada umur 100-110 hari
(tergantung varietasnya).
Penentuan saat panen merupakan tahap awal yang sangat
penting dari seluruh rangkaian kegiatan penanganan pasca panen kedelai karena
berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas hasil panennya. Penanganan
pasca panen kedelai meliputi serangkaian kegiatan
1.
Penentuan
saat panen kedelai
Ø Deskripsi
varietas kedelai
Ø Kadar air
yang diukur dengan alat ukur kadar air (Moisture Tester)
Ø Kenampakan
fisik
Secara visual umur panen yang tepat ditandai dengan :
Ø Daun
berwarna kuning dan rontok
Ø Batang telah
kering
Ø Polong
kering, berwarna coklat dan pecah
2.
Teknik pemanenan
kedelai
Pemanenan kedelai sebaiknya dilakukan pada kadar air
rendah (17%-20%), karena mempunyai beberapa keuntungan yaitu sebagai berikut :
Ø
Rantai kegiatan penanganan pasca panen lebih pendek
sehingga menghemat waktu, tenaga dan biaya.
Ø
Jumlah susut pasca panen keseluruhan yang mungkin
terjadi lebih rendah dari pemanenan pada kadar air tinggi yaitu susut panen
pada kadar air rendah mencapai 6%, sedangkan pada kadar air tinggi dapat
mencapai 13%.
Ø
Pemungutan hasil kedelai dilakukan pada saat tidak
hujan, agar hasilnya segera dapat dijemur. Kedelai dipanen dengan dua cara
yaitu
2.1. Dengan cara mencabut
Perlu
diperhatikan keadaan tanahnya yaitu ringan dan berpasir dengan memegang batang
pokok, tangan dalam posisi tepat di bawah ranting dan cabang yang berbuah.
Pencabutan harus hati-hati karena kedelai yang tua mudah rontok. Pada dasarnya
panen dengan cara mencabut tidak dianjurkan, karena butil akar yang mengandung
rezobium ikut terbuang.
2.2. Dengan cara memotong
Yaitu menggunakan sabit yang tajam agar
pekerjaan bisa dilakukan dengan cepat dan jumlah buah yang rontok akibat
goncangan bisa ditekan. Cara ini juga bisa meningkatkan kesuburan tanah karena
akar dengan bintil-bintil menyimpan banyak senyawa nitrat tidak ikut tercabut.
3.
Pengeringan
brangkasan
Setelah
pemungutan selesai, seluruh hasil panen segera dijemur, tidak ditunda terlalu
lama. Dalam proses pengeringan ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
secara alami dan menggunakan para-para. Pengeringan secara alami brangkasan
kedelai dijemur langsung di bawah sinar matahari. Dapat dilakukan dengan
dijemur diatas tikar, anyaman bambu, atau menggunakan alas plastik, sebaiknya
dipilih yang berwarna gelap/hitam untuk mempercepat pengeringan. Pengeringan
dilakukan selama 3-7 hari bila cuacanya baik, semua buah yang masih menempel
pada batang diusahakan di jemur di tempat penjemuran. Agar kedelai kering
sempurna, pada saat penjemuran hendaknya dilakukan pembalikan berulang kali,
hal ini menguntungkan karena dengan pembalikan banyak polong pecah dan biji terlepas
dari polongnya. Sedangkan biji kedelai yang digunakan untuk benih dijemur
secara terpisah.
Penjemuran dilakukan sampai kadar air 10% – 15% dan di
pagi hari pukul 10.00 sampai 12.00 siang. Brangkasan kedelai yang baru dipanen
tidak boleh ditumpuk dalam timbunan besar, terutama pada musim hujan, untuk
mencegah kerusakan biji karena kelembaban yang tinggi. Pengeringan dengan
para-para dilakukan terutama bila panenan dilaksanakan waktu musim hujan.
Para-para dibuat bertingkat, kemudian brangkasan kedelai ditebar merata di atas
para-para tersebut. Dari bawah dialirkan udara panas dengan cara membakar
sekam, untuk menurunkan kadar air. Brangkasan dianggap cukup kering bila kadar
airnya telah mencapai kurang lebih 18%.
4.
Perontokan/pembijian.
Ada beberapa cara memisahkan biji dari kulit polongan
yaitu dengan cara:
4.1.
Memukul-mukul tumpukan brangkasan kedelai secara
langsung dengan kayu/karet ban dalam sepeda/ kain untuk menghindarkan
terjadinya biji pecah. Brangkasan kedelai sebelum dipukul-pukul dimasukkan ke
dalam karung atau dihamparkan dengan tebal 20 cm.
1.1.
Menggunakan
alat mekanis (power thresher) yang biasa digunakan untuk merontokkan padi. Pada
waktu perontokan dikurangi hingga mencapai kurang lebih 400 rpm. Brangkasan
kedelai yang dirontokkan dengan alat ini hendaknya tidak terlalu basah. Kadar
air yang tinggi dapat mengakibatkan biji rusak dan peralatan tidak dapat
bekerja dengan baik. Setelah biji terpisah, brangkasan disingkirkan.
5.
Pembersihan
biji kedelai.
Biji yang terpisah kemudian ditampi agar terpisah dari
kotoran-kotoran lainnya. Biji yang luka dan keriput dipisahkan. Pembersihan
juga bisa dilakukan dengan menggunakan mesin pembersih (winower), mesin ini
merupakan kombinasi antara ayakan dengan blower.
6.
Pengeringan
biji kedelai.
Biji yang bersih selanjutnya dijemur kembali sampai
kadar airnya 9% – 11%.
7.
Pengemasan,
dan penyimpanan.
Biji yang kering lalu disimpan dalam wadah yang bebas
hama dan penyakit. Sebagai tanaman pangan, kedelai dapat disimpan dalam jangka
waktu cukup lama. Caranya kedelai disimpan di tempat kering dalam karung
goni/plastik. Karung yang digunakan harus diberi label berupa tulisan yang
dapat menjelaskan tentang produk yang dikemas. Karung-karung ini ditumpuk pada
tempat yang diberi alas kayu agar tidak langsung menyentuh tanah atau lantai.
Apabila kedelai disimpan dalam waktu lama, maka setiap 2 – 3 bulan sekali harus
dijemur sampai kadar airnya sekitar 9% – 11%. Apabila diangkut pada jarak jauh,
hendaknya dipilih jenis wadah/kemasan yang kuat. Tempat penyimpanan haruslah
teduh, kering dan bebas hama atau penyakit. Biji kedelai yang akan disimpan
sebaiknya mempunyai kadar air 9 – 14 %.
B.
Pengolahan Pasca Panen
Kedelai mengandung protein 35 % bahkan pada varitas
unggul kadar proteinnya dapat mencapai 40 - 43 %. Dibandingkan dengan beras,
jagung, tepung singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam, kedelai
mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi, hampir menyamai kadar protein
susu skim kering. Bila seseorang tidak boleh atau tidak dapat makan daging atau
sumber protein hewani lainnya, kebutuhan protein sebesar 55 gram per hari dapat
dipenuhi dengan makanan yang berasal dari 157,14 gram kedelai. Kedelai dapat
diolah menjadi: tempe, keripik tempe, tahu, kecap, susu, dan lain-lainnya.
Proses pengolahan kedelai menjadi berbagai makanan pada
umumnya merupakan proses yang sederhana, dan peralatan yang digunakan cukup
dengan alat-alat yang biasa dipakai di rumah tangga, kecuali mesin pengupas,
penggiling, dan cetakan.
C.
Beberapa jenis Produk Turunan kedelai
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penangan
pasca panen pada tanaman sangatlah penting dilakukan dengan sebaik-baiknya agar
kualitas produk tetap terjaga. Pada proses pemasaran, nilai suatu produk di
tentukan oleh cara kita menangani produk tersebut setelah panen dengan berbagai
macam teknik dan cara yang tepat, tergantung dari jenis produk yang kita
kelola. Pasca panen sendiri bertujuan untuk meningkatkan nilai suatu produk
dengan nilai jual yang tinggi, l hal ini tidk dapat di pisahkan dengan kedaan
produk itu sendiri, mulai dari kondisi, jenis produk hingga pengemasannya.
Pasca panen meliputi segala kegiatan mulai dari panen, pengankutan sampai
dengan menghasilkan produk setengah jadi yang siap dipasarkan. Kesimpulan utama dari kegiatan
penanganan dan pengelolaan tanaman yaitu agar dapat diperoleh hasil tanaman
yang baik, dalam arti memenuhi harapan atau memuaskan petani penanamnya, baik
memuaskan bagi kepentingan pemenuhan kebutuhan keluarga sendiri maupun
memuaskan bagi kepentingan pemenuhan kebutuhan umum atau pasar.
DAFTAR PUSTAKA
Ø
Bautista, Ofelia K. 1990. Postharvest Technology for
Southeast Asian Perishable Crops.
Technology
and Livelifood Resource Centre. Los Banos. The Philippines.
Ø
Hong Seok-In 2006. Packaging Technology for Fresh
Produce. One Day International
Seminar
“Post-Harvest Losses of Cole Crops (Brassica vegetables) Causes and Solutions.
FTIP, Unpad
– Bandung.
Ø
Kader, A.A. 1992. Postharvest Technology of Horticultural
Crops. The Regents of the
University
of California. USA.
Ø
Baran Wirawan dan Sri Wahyuni. 2002. Pascapanen
Kacang-kacangan. Pelatihan
Pertanian
di Dinas Tanaman Pangan Jawa Barat.
Ø
Penyuluhthl. 2012 (online). Pasca-panen-kedelai.
(http://penyuluhthl.wordpress.com/2011/05/20/pasca-panen-kedelai/).
Diakses
pada 5
Maret 2012.
Ø
Rahmat Rukmana, Yuyun Yuniarsih . 1996. KEDELAI,
Budidaya dan Pasca Panen.
Jakarta:
Kanisius.